Keunikan Rumah Adat Lampung
Sama halnya dengan rumah adat di tiap daerah. Rumah adat Lampung juga memiliki keunikannya sendiri di antaranya :
Makna Rumah Adat Suku Tetun di NTT yang Dianggap Sakral
Rumah adat suku Tetun bukan sekadar hanya rumah. Suku Tetun menganggap rumah adat bukan hanya sebagai tempat tinggal, melainkan ada makna yang lebih mendalam bahkan sakral.
Rumah adat dalam suku Tetun memainkan peran yang cukup sentral.
Menurut Linda Fanggidae sebagaimana dikutip dari artikel berjudul “Makna Keselamatan Etnis Tetun dalam Arsitektur dan Fungsi Rumah Adat Nonot-Fore Na’in, Kab. Malaka, NTT”, dijelaskan bahwa suku Tetun memiliki dua jenis rumah tradisional dengan fungsi yang berbeda, yakni uma timur dan uma lulik.
Pertama, uma timur yang merupakan rumah dengan fungsi yang sederhana sebagaimana umumnya. Uma timur adalah tempat tinggal masyarakat Tetun sehari-hari.
Uma timur berbentuk persegi atau persegi panjang, berukuran kecil, serta dibuat dengan menggunakan bahan dari alam. Uma timur terdiri dari teras (labis kraik), ruang tamu (labis leten), ruang keluarga (labis laran), ruang tidur menantu pria (kean mane fou), ruang tidur anak gadis (loka laran), ruang bersalin (ai lalao), dapur (hai matan), dan tempat air minum (klot we).
Kedua, uma lulik, rumah adat suku Tetun yang lebih besar dan memiliki fungsi lebih kompleks. Hal ini sesuai dengan namanya, “uma” dari Bahasa Tetun yang artinya “rumah”, dan “lulik” yangberarti “suci”. Untuk itu, uma lulik dianggap sebagai rumah adat yang suci dan sakral.
Kesakralan ini muncul dari kepercayaan suku Tetun yang menganggap bahwa rumah adat dihuni oleh roh-roh (animisme) dan arwah leluhur.
Selain itu, rumah adat suku Tetun juga dijadikan sebagai tempat penyimpanan alat peninggalan leluhur pada zaman dahulu, seperti pedang ataupun kayu–kayu besar yang dipakai untuk menahan serangan dari musuh.
Saking sakralnya, suku Tetun di Timor Leste menurut jurnal yang berjudul "Uma Lulik as Heritage: Authorised Heritage Discourse in Timor-Leste," menganggap bahwa benda-benda yang disimpan di rumah adat jauh lebih penting daripada arsitektur uma lulik itu sendiri.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
Pernah melihat rumah adat beratap kerucut yang terletak di atas pegunungan? Namanya Mbaru Niang, rumah adat yang bisa ditemukan di Desa Wae Rebo, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Melansir Portal Informasi Indonesia, Senin (2/10/2023), Desa Wae Rebo merupakan salah satu desa adat terpencil di Kabupaten Manggarai yang dikelilingi pegunungan dan hutan hujan tropis. Desa ini menjadi satu-satunya desa adat di Manggarai yang masih mempertahankan eksistensi Mbaru Niang sebagai rumah tinggal.
Mbaru Niang dibangun dari kayu worok dan bambu. Konstruksi bangunan disatukan bukan dengan paku, tetapi menggunakan tali rotan. Rumah ini menjulang hingga 15 meter di atas pegunungan dengan ketinggian sekitar 1.117 meter di atas permukaan laut (mdpl).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti yang dikatakan di awal, atap Mbaru Niang berbentuk kerucut yang terbuat dari daun lontar. Atap ini menjulur dari atas rumah hingga hampir menyentuh tanah.
Ketua Lembaga Adat Pelestarian Budaya Wae Rebo, Fransiskus Mudir, mengatakan bahwa bentuk kerucut ini menyimbolkan perlindungan dan persatuan rakyat Wae Rebo. Sementara itu, lantai rumah ini berbentuk lingkaran yang merupakan simbol harmonisasi dan keadilan keluarga dan antarwarga.
Mbaru Niang memiliki lima lantai yang memiliki fungsi berbeda-beda. Lantai pertama berfungsi sebagai tempat tinggal. Lantai kedua adalah loteng yang digunakan untuk menyimpan bahan makanan dan barang-barang.
Lalu, lantai ketiga dipakai untuk menyimpan benih-benih tanaman pangan, sedangkan lantai keempat untuk menyimpan stok makanan sebagai antisipasi masa kemarau. Terakhir, lantai kelima berfungsi sebagai tempat sesajian untuk para leluhur.
Masyarakat Wae Rebu sudah menghuni Mbaru Niang sejak abad ke-18. Bangunan rumah terus dijaga oleh masyarakat setempat sehingga masih lestari sampai saat ini. Satu rumah biasanya dihuni oleh enam hingga delapan keluarga.
Di Desa Wae Rebo, terdapat 7 buah rumah Mbaru Niang yang berdiri mengelilingi sebuah altar yang disebut compang sebagai titik pusat. Compang berfungsi sebagai tempat untuk memuji dan menyembah Tuhan dan para leluhur. Jumlah 7 mengandung makna penghormatan terhadap tujuh arah gunung dan dipercaya sebagai pelindung Kampung Wae Rebo.
Keunikan Mbaru Niang ini membuatnya meraih penghargaan pada kategori konservasi warisan budaya dari UNESCO Asia-Pasifik tahun 2012. Dikelilingi oleh pemandangan alam yang indah, rumah ini juga menjadi salah satu tujuan wisata bagi turis lokal dan asing.
Jika ingin mendatangi kawasan rumah ini, kamu harus menempuh perjalanan kurang lebih 6 kilometer dari Desa Dintor ke Desa Denge menggunakan kendaraan.
Selanjutnya, kamu harus melakukan perjalanan mendaki sekitar 9 kilometer selama 3-4 jam dari Desa Denge ke Desa Wae Rebo. Meski melelahkan, semua itu akan terbayarkan oleh keindahan dan keunikan kawasan rumah Mbaru Niang ini.
Buat detikers yang punya permasalahan seputar rumah, tanah atau properti lain, tim detikProperti bisa bantu cari solusinya. Kirim pertanyaan kamu vie email ke [email protected] dengan subject 'Tanya detikProperti', nanti pertanyaan akan dijawab oleh pakar.
Sejarah dan Macam Rumah Adat Betawi – Betawi merupakan salah satu suku di Jakarta yang sangat beragam. Hal ini karena masyarakatnya terbentuk dari berbagai macam suku yang ada di Indonesia. Sehingga tak heran, jika masyarakat di sana memiliki toleransi yang sangat tinggi terhadap orang lain.
Hal itu diwujudkan atau tercirikan melalui bangunan rumah adatnya yang kaya makna. Ada banyak hal menarik dari rumah adat Betawi, mulai dari sejarahnya, filosofi bangunan, serta macam-macam bangunannya. Untuk mengetahui lebih jauh, simak ulasan rumah adat Betawi berikut ini.
Rekomendasi Buku & Artikel Terkait
Nah, itulah tadi beberapa hal mengenai rumah adat Betawi yang tak hanya memiliki nilai historis, tapi juga memiliki arsitektur dan makna filosofis yang dalam. Sebagai suku yang terbentuk dari berbagai macam suku, maka menjadi hal wajar bagi masyarakat Betawi untuk menerima perbedaan suku maupun agama.
Apabila ingin mengetahui tentang budaya Betawi lainnya lebih dalam, bacalah buku Gramedia berjudul Ensiklopedia Mini Rumah Adat Nusantara atau dapatkan melalui e-book dengan link berikut.
Mengenal Rumah Adat Lampung Beserta Keunikan, Gambar, dan Penjelasannya Singkat – Tidak dapat dipungkiri kalau Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keragaman budayanya.
Hal ini tercermin dari keberagaman suku dan budaya di tanah air, Indonesia memiliki setidaknya 300 kelompok etnis dan 1.340 suku.
Keragaman budaya yang berbeda membuat tiap daerah di Indonesia memiliki ciri khasnya masing-masing. Keragaman ini berupa suku, budaya, makanan tradisional, hingga rumah adat.
Salah satu provinsi Indonesia dengan budaya yang khas adalah Provinsi Lampung yang letaknya di ujung selatan pulau Sumatra.
Kebudayaan Lampung merupakan perpaduan dari kebudayaan Arab, India, dan Cina. Perpaduan budaya ini tidak terlepas dari pengaruh Lampung yang merupakan jalur perdagangan dunia, sehingga banyak pedagang asing yang singgah dan sering meninggalkan budaya dan tradisi.
Rumah adat merupakan warisan budaya yang perlu untuk kita jaga dan lestarikan bersama agar diketahui generus bangsa.
Bangunan tradisional ini mencerminkan tradisi masyarakat di suatu daerah, dan sebagai identitas suku bangsa.
Setiap daerah di Indonesia memiliki rumah adat yang merepresentasikan identitas suku masing-masing.
Salah satu rumah adat yang banyak menarik perhatian yakni rumah adat Lampung. Rumah adat lampung dikenal sebagai Nuwo Sesat.
Nuwo Sesat bermakna rumah adat, hingga saat ini rumah adat ini tetap menjadi kebanggan masyarakat lampung dan dilestarikan hingga kini.
Jika berkunjung ke Lampung kamu dapat mudah menemukan rumah adat Nuwo Sesat, namun bukan rumah untuk ditinggali saat ini rumah adat satu ini dialihfungsikan oleh masyarakat Lampung dan digunakan sebagai tempat berkumpul maupun tempat untuk bermusyawarah.
Dahulu, rumah adat lampung berfungsi sebagai tempat pertemuan masyarakat adat, seperti purvatin, atau perimbangan adat.
Bentuknya sendiri menyerupai rumah panggung dan terbuat dari kayu dan dengan anyaman ilalang pada bagian atap.
Namun kini, penggunaan atap ilalang sudah diganti dengan genteng agar bisa melindungi rumah adat atap secara optimal.
Nama-nama Rumah Adat Riau beserta Keunikan, Sejarah Singkat, dan Gambarnya Lengkap
Bentuk Rumah Adat Suku Tetun dan Maknanya
Secara umum, suku Tetun memiliki karakteristik rumah yang berbentuk panggung dengan atap layaknya perahu terbalik. Menariknya, atap tersebut cukup besar hingga beberapa dari atap rumah suku Tetun menjulur sampai ke tanah.
Rumah adat atau rumah tradisional suku Tetun disangga oleh dua tiang utama yang diletakkan di pusat rumah adat (di tengah). Kedua tiang ini paling tinggi dan memiliki diameter yang paling besar dari tiang-tiang lainnya
Tiang-tiang tersebut diambil dari kayu dengan kualitas terbaik dengan kriteria harus lurus dan “tidak pernah disentuh oleh tangan manusia” artinya tidak ada bekas kapak. Biasanya tiang ini diambil dari hutan suci.
Setelah ritual penebangan selelsai, kedua tiang ini diarak dengan tari-tarian, seruan-seruan, nyanyian menuju lokasi rumah adat.
Menurut kepercayaan suku Tetun, dua tiang tersebut melambangkan nenek moyang laki-laki (bei mane) dan nenek moyang perempuan (bei feto) dari klan tersebut. Oleh karena itu, saat tiang ini hendak ditegakan, wajib diperlakukan sebagai seorang manusia.
Kedua tiang itu dihiasi dengan pakaian adat lengkap ketika hendak ditegakkan dengan diiringi pukulan gendang dan tarian.
Rumah adat suku Tatun memiliki tata ruangnya berbentuk persegi atau persegi panjang. Biasanya, rumah adat suku Tetun memiliki tiga ruang utama, yakni kolong, ruang tengah, dan loteng.
Umumnya dinding rumah adat menggunakan papan dari kayu. Pada dinding ini diberi ukiran yang menyimbolkan pesan tertentu. Ukiran terssebut dapat berupa makanan pokok sehari-hari, misalnya padi, jagung, umbi-umbian, dan hewan kurban; beberapa hewan, seperti buaya (leluhur/ nai bei), ayam jantan (simbol kejantanan/ meo), cicak (peramal); hingga motif payudara perempuan yang melambangkan kehidupan dan kesuburan.
Bentuk rumah adat suku Tetun turut menggambarkan status sebuah klan dalam struktur masyarakat. Misalnya, di dalam etnis Tetun terdapat rumah adat Raja (uma na’i), rumah pembantu raja (uma vetor), rumah bawaan raja (uma dato), dan rumah rakyat biasa (uma renu) dengan ciri khas berbeda.
Pada rumah adat yang berukuran besar, misalnya rumah adat raja (uma na’i atau uma metan) disertakan juga anyaman bambu bergaya mahkota di bagian atap paling ujung dan sebuah teras di bagian depan rumah adat sebagai tempat pertemuan.
Selain itu, ada pula rumah adat dengan pembagian tiga fungsi di Desa Wehali, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur, yakni uma timur (rumah tinggal), uma lulik (rumah adat), dan uma kakaluk (rumah pengobatan).
Semua rumah adat ini mesti berperan dalam menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan ketentuan dalam struktur masyarakat suku Tetun.
Menggunakan ukiran dan ornamen yang mempunyai makna
Lalu yang kedua adalah banyaknya ukiran atau ornamen di dalam maupun luar rumah yang mengandung makna. Setiap pajangan pada rumah adat Betawi memiliki makna tersendiri. Selain sebagai hiasan untuk memperindah ruangan, namun ada pula makna yang diharapkan. Berikut adalah arti beberapa ukiran dan ornamen yang biasa ditemui di sana:
Memiliki beberapa jenis
Rumah adat Nuwo Sesat juga memiliki beberapa jenis yang masing-masing berbeda.
Rumah adat Lampung Nuwo Sesat ini dibedakan sesuai fungsinya masing-masing. Terdapat beberapa jenis Nuwow Sesat yakni Balai Agung, Nuwo Balak, dan Nuwow Lunik.
Mengenal Rumah Adat Sulawesi Utara dari Bentuk, Keunikan, Gambar, dan Penjelasannya
Pondasi rumah adat dari batu
Rumah adat Lampung memiliki desain seperti rumah kayu panggung, namun rumah ini juga menggunakan pondasi dari batu.
Rumah adat Nuwo Sesat memiliki pondasi batu berbentuk persegi dan sangat berbeda dengan rumah biasa yang biasanya berbentuk cakar ayam dan membutuhkan proses yang panjang.
Pondasi ini disebut umpak batu, memiliki tiang penyangga sejumlah 25 buah dengan tiang induk 20 buah.
Memiliki pagar rendah dengan teras yang luas
Seperti yang sudah dijelaskan di atas sebelumnya, rumah adat di sana memiliki teras yang luas. Pendopo atau teras ini biasanya dilengkapi dengan tempat duduk juga amben atau tempat rebahan. Semua itu disiapkan untuk menjamu tamu yang datang. Artinya, masyarakat Betawi memang sangat terbuka dengan berbagai orang baru, dan tidak memandang suku, agama, maupun ras.
Selain itu, pagar yang dibuat mengelilingi rumah bagian depan umumnya tidak terlalu tinggi. Pagarnya dibuat rendah sekitar 80 cm dengan tebal kira-kira 3 sampai 5 cm. Bahannya dibuat dari kayu. Arti dari pagar rendah ini adalah adanya batas antara dunia luar dengan rumah.
Harapannya, rumah dapat terhindar dari hal-hal negatif yang ada di luar pagar. Kemudian pintu masuk ke rumah juga memiliki arti, yaitu bagi tamu yang datang hendaklah memiliki adab yang baik. Ketika masuk rumah harus melalui depan, bukan belakang.
JAKARTA - Rumah adat merupakan salah satu bentuk interpretasi budaya daerah setempat yang kaya dengan keunikan, sejarah dan filosofinya. Salah satu rumah adat yang terdapat di Indonesia yaitu rumah adat Nusa Nenggara Timur (NTT).
NTT adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terdiri dari beberapa pulau. Provinsi ini juga memiliki banyak keragaman. Keragaman tersebut terdiri dari suku hingga rumah adat. Beberapa suku yang dapat kita jumpai di Nusa Tenggara Timur adalah suku Antoni, Belu, Lamaholot dan lain-lain.
Setiap suku memiliki desain dan bentuk rumah adat yang unik masing-masing. Satu jenis rumah adat yang terdapat di NTT dibagi menjadi beberapa bagian rumah.
Gaya struktur rumah adat ini juga bermacam-macam dan memiliki ciri khas tersendiri. Bahkan setiap struktur bagian rumahnya mempunyai fungsi dan makna yang khusus.
Rumah adat di wilayah NTT biasanya berbentuk rumah panggung dengan struktur agak persegi atau persegi panjang. Berbeda dengan rumah adat Timor Timur yang memiliki bentuk bulat seperti telur dan tidak terdapat tiang.
Beberapa hunian tradisional pada rumah adat ini pada dasarnya dibedakan dari segi model atau bentuk atap rumahnya, antara lain:
Beberapa hunian rumah adat tersebut tetap memiliki kesamaan meskipun bentuk atapnya berbeda-beda. Persamaannya terdapat pada tersedianya tempat khusus yang diyakini sebagai tempat suci untuk para arwah nenek moyang. Pada waktu-waktu tertentu, tempat istimewa tersebut diberikan sesaji.
Makna Filosofis Rumah Adat Betawi
Rumah adat Betawi terdiri dari beberapa macam. Adapun ciri khas yang melekat pada rumah Betawi di antaranya adalah terasnya yang luas. Teras ini memang sengaja dibuat luas, makna filosofisnya sebagai tempat untuk menerima tamu dan untuk berkumpul bersantai dengan anggota keluarga.
Hal ini cukup berbeda dengan rumah jaman modern yang ruang keluarganya biasanya ada di bagian dalam. Akan tetapi rumah adat ini berbeda, justru dengan teras yang luas dapat membuat mereka lebih nyaman untuk bersenda gurau bersama.
Di teras biasanya akan ditempatkan kursi bale-bale dari rotan, bambu, atau kayu jati yang disebut dengan amben. Adapun lantai terasnya memakai gejogan, yang menunjukkan penghormatan pada tamu yang datang ke rumah. Bagi masyarakat Betawi, ternyata gejogan ini cukup sakral. Alasannya karena berhubungan langsung dengan tangga masuk rumah yang diberi nama balaksuji.
Selain itu teras rumah yang luas ini juga memberikan makna bahwa orang rumah atau orang Betawi sangat terbuka dengan kedatangan tamu. Apalagi orang Betawi juga dikenal sangat menghargai pluralisme atau perbedaan antar suku maupun agama. Hal ini sangatlah wajar, mengingat sejarah masyarakat Betawi yang berasal dari perkumpulan beberapa suku di Indonesia.
Ada pula makna lain dari pagar yang dibangun di bagian depan rumah Betawi. Ternyata ada makna filosofis tertentu dari keberadaan pagar yang mengelilingi rumah di bagian depan. Pagar ini bagi masyarakat diartikan sebagai penghalang hal-hal negatif dari luar yang bisa masuk ke rumah. Jadi diharapkan, dengan adanya pagar, suasana di dalam rumah selalu memiliki aura yang positif. Sebab hal-hal negatif telah dihalangi oleh adanya pagar.
Lalu beberapa masyarakat Betawi juga membuat sumur di bagian depan rumah dan membuat makam di sebelah rumah. Tradisi membuat makam di samping rumah memang menjadi tradisi lawas masyarakat Betawi. Maka dari itu, dari dulu masyarakat Betawi dikenal memiliki lahan dan tanah yang luas.
Setiap pembagian ruang yang ada di rumah adat Betawi juga memiliki makna filosofis tersendiri. Berikut adalah karakteristik ruangnya: